Kamis, 24 Juni 2010

pacaran positiv untk remaja


Hubungan pertemanan pada remaja bisa berubah menjadi cinta-cintaan. Jika anak remaja Anda sudah mengenalkan pasangannya, maka jangan dulu cemas karena dunia gebetan pada remaja punya sisi baik untuk kepribadian anak. Syaratnya, supervisi orangtua tetap kuat, dengan cara diskusi terbuka.

Menurut psikolog remaja Roslina Verauli, masa remaja adalah waktu puncak membangun konsep diri, termasuk untuk eksistensinya. Menjalin pertemanan dan memiliki perasaan lain yang berbeda terhadap lawan jenis merupakan salah satu ekspresi emosi remaja.

ETIKA BERTEMAN


Dalam bersosialisasi dengan masyarakat dalam kehidupan seorang manusia memiliki berbagai ragam kendala, khususnya dalam berteman. Untuk kelangsungan berteman yang sehat dan baik banyak hal yang perlu diperhatikan untuk berteman. Etika dalam berteman tampaknya sangat mutlak diperlukan.

Di era modern ini tampaknya penampilan dan materi menggusur etika dan asaz kepatutan dalam pergaulan remaja. Apalagi di era digital seperti sekarang ini dimana anak dan remaja tidak harus berhadapan muka dengan “teman digital”.

Masa Remaja Dulu dan Kini Beda


MASA remaja adalah masa transisi ketika anak akan menjadi dewasa. Masa itu juga dianggap masa yang paling indah. Mengapa indah? Karena pada masa itu biasanya anak mulai mengenal lebih dekat lawan jenisnya. Bisa jadi muncul cinta pertama. Deg-degan, berjuta rasa, bercampur aduk. Ingatan itu akan membekas hingga dewasa.

MAUPUN agak norak tapi ada kelucuan di sana. Namun kadangkala masa remaja bisa Juga menjadi rawan. leni lama apabila remaja salah Jalan, baik dalam pergaulan atau cinta monyetnya.Psikolog masalah remaja Roslina Verauli mengatakan, masa remaja dulu dan sekarang sudah mengalami perubahan alias beda. Sehingga orangtua harus mau berubah untuk menyikapi perubahan itu. Jika gagal, akan ada gap yang besar antara orangtua dan anak, yang menyebabkan terhalangnya komunikasi dan kedekatan.

Terlebih kondisi orangtua dulu dan sekarang Juga mengalami perubahan. Misalnya ayah dan Ibu yang kini bekerja hingga malam, yang seringkali pulang ke rumah dalam keadaan lelah.Untuk menyingkapl kondisi Itu, orangtua dituntut pintar, banyak menggali Informasi lewat lnternet, baca buku, untuk mengetahui perkembangan kini dunia anak-anak dan remaja.

Perubahan cara berkomunikasi lewat teknologi Juga terus terjadi. Kini sedang booming adanya Jejaring pertemanan seperti Jacebook. twltter, dan lainnya. Sebelum era Jacebook, saat Internet mulai dikenal, masalah remaja adalah kegemaran membuka situs porno. Kini, selain masalah situs porno. Juga ditambah Jacebook (FB).Ada remaja yang menyingkapl FB dengan positif, ada Juga yang negatif. Misalnya ada remaja yang cuma memanfaatkan FB untuk memberikan komentar-komentar lucu, naksir teman di kelas, atau ingin lebih tahu mengenal orang yang ditaksir, dan sebagainya. Hanya sebatas itu.

Sementara yang negatif adalah FB digunakan untuk menciptakan ketergantungan kepada orang yang dikenalnya di Jejaring itu. sehingga akhirnya mau melakukan apa pun karena rasaketergantungan itu. Misalnya kabur dari rumah atau berhubungan Intim dengan teman yang baru dikenalnya di FB."Biasanya remaja yang seperti Itu kesepian, tidak bergaul dengan teman sebaya. gagal menampilkan eksistensi, sehingga ketika ada teman di FB yang dianggap bisa digebet, menjadi ketergantungan dan mau saja diajak apa-apa." kata Vera saat menjadi pembicara dalam talkshow Saatnya para remaja menunjukkan eksistensi diri melalui fotografi, dari Cometto. belum lama ini.

Konsep positif

Orangtua memang tidak bisa melarang anak remajanya membangun pertemanan, termasuk menjalin kedekatan dengan lawan Jenis. Pasalnya, manfaat yang bisa diambil Juga banyak. Menjalin hubungan dengan lawan Jenis pada remaja dan dewasa Juga ada perbedaan.Pada remaja, hubungan Ini lebih untuk bersenang-senang [having Jun), dan biasa dilakukan berkelompok. Misalnya rekreasi, nonton bareng, makan bareng, melakukan hobi bersama, belajar bersama. Manfaat lain dari hubungan ini. remaja belajar mengembangkan rasa sosial, belajar mengenal Upe-Upc orang, etiket berhubungan dengan lawan Jenis, dan membangun kedekatan dengan seseorang, dengan saling percaya, berbagi, dan membuka diri.

Pada anak yang punya konsep positif, dalam berhubungan dengan lawan Jenis (pacaran) tidak akan mau melakukan tindakan yang merugikan. Misalnya berhubungan badan, kabur dari rumah, serta tindakan negatif lainnya. Beda dengan remaja yang tidak punya konsep positif. Rasa ketergantungan terhadap pasangannya begitu kuat, sehingga mau melakukan hal apa pun. baik yang merugikan ataupun tidak.

Nah masalahnya, bagaimana mendidik anak supaya memiliki konsep positif? Tentunya dengan membangun potensi dan prestasi pada diri remaja tersebut Caranya dengan mengikuti kegiatan septrti ekskul. kursus/les yang bermanfaat, mengikuti ajang kompetisi, dan punya Jaringan pertemanan. Peran orangtua adalah memfasilitasi anak mengikuti kegiatan- kegiatan positif yang dilakukan remaja. Jangan hanya disuruh belajar di sekolah saja, walaupun belajar Juga penting.Sementara pada dewasa, hubungan pacaran lebih serius. Hubungan yang lebih intim secara emosional, eksklusif, dan sudah punya komitmen kuat.

Pertemanan Remaja


Suatu pertemanan atau persahabatan diisi dengan kedekatan, kehangatan, serta dukungan di kala kita sedang sedih, gagal, atau juga senang. Teman merupakan tempat kita membagi nilai-nilai hidup. Teman menjadi sangat penting bagi seorang remaja. Hal ini mungkin disebabkan karena anak muda lebih ingin menghabiskan waktunya jauh dari keluarga, dan pada usia ini kebutuhan lebih tinggi terhadap dukungan sosial.

Masa remaja merupakan rentang waktu saat seseorang paling banyak mengalami pengalaman perubahan fisik dan emosional. Hal ini umumnya berdampak pada kebingungan dan ketidakyakinan, bahkan kerap membuat remaja merasa awkward atau canggung. Itulah sebabnya dukungan dan kehadiran teman menjadi vital dan krusial.

Pertemanan bagi remaja putri dan putra umumnya memiliki beberapa perbedaan. Bagi remaja putri, teman adalah (sekumpulan) orang untuk berbagi rahasia, berdiskusi soal laki-laki, membahas pakaian dan tren, serta mengeluarkan keluh kesah dan kecemasan. Sedangkan bagi remaja putra, keberadaan teman yang utama adalah sebagai rekan atau companion, untuk bermain sepakbola, berbagi lelucon, berkumpul bersama, dan mendengarkan musik.

Tingkat keintiman pertemanan pada remaja putra umumnya lebih kecil, lebih ke permukaan seperti sharing mengenai olahraga dan hobi. Salah satu akibatnya adalah apabila terdapat masalah dalam pertemanan, biasanya akan lebih berpengaruh pada para remaja putri. Remaja putri juga umumnya mengalami lebih banyak kecemburuan dan persaingan dengan teman-teman dekatnya, ketimbang remaja putra.

Beberapa remaja juga terkadang mengalami kesulitan dalam berteman. Umumnya masalah bersumber dari sifat atau karakter anak, misalnya pada anak yang pemalu, pendiam atau memang penyendiri. Anda bisa membantunya dengan memasukkan ke klub hobi atau kursus tertentu, namun jangan pernah memaksanya untuk menjalin pertemanan dengan siapapun, semua harus berproses secara alami.

Terkadang hal ini terkait dengan hobi anak yang kurang sosial atau tidak melibatkan orang lain, misalnya membaca, mendengarkan musik atau menulis puisi, yang semuanya dilakukan sendiri di kamar. Tidak perlu terlalu khawatir, sebab memang ada anak-anak tertentu yang lebih nyaman demikian. Yang penting, Anda selalu menunjukkan bahwa Anda sebagai orangtua pun akan senantiasa siap hadir sebagai teman baginya.

Bagi para orangtua, pertemanan pada remaja bisa sangat mengkhawatirkan, karena lingkungan (pertemanan) seringkali membawa pengaruh yang buruk bagi anak. Wajar saja bila Anda takut remaja Anda akan mengalami berbagai masalah seperti pemakaian narkoba atau bahkan perilaku seks bebas. Akan tetapi Anda juga perlu mengingat bahwa kehadiran teman sangat penting bagi remaja, tanpanya akan sangat sulit bagi anak untuk belajar mengenai proses sosialisasi dan hubungan.

Daripada Anda melarang anak berteman atau Anda memilihkan teman baginya, akan lebih bijak bila Anda membiarkan anak berteman secara alami, namun lengkapi juga dengan pengawasan dan perhatian yang cukup. Salah satu caranya tentu dengan mengenal teman-temannya, terutama yang paling dekat dan paling sering menghabiskan waktu dengan anak.

Untuk mencapai hal ini, Anda perlu menciptakan kepercayaan dan rasa nyaman bagi remaja Anda dan teman-temannya terhadap Anda. Jika Anda selalu memasang muka kaku, tegang, apalagi galak, bisa dipastikan anak remaja Anda akan enggan untuk memperkenalkan teman-temannya pada Anda.

Rasa nyaman dan keterbukaan juga hendaknya Anda tunjukkan pada suasana rumah. Dengan demikian, remaja Anda senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya di rumah, dan tentunya hal ini bisa semakin mencegah hal-hal negatif. Yang lebih utama lagi, hubungan Anda dan anak remaja harus senantiasa dijaga kedekatannya. Keinginan remaja untuk menjauh dari keluarga bisa ditekan apabila dia merasakan kenyamanan dan dukungan sosial keluarganya.

Berusahalah untuk menjadi teman atau partner bagi anak. Memang tidak mudah, apalagi hal ini cukup terkait dengan perbedaan usia, cara pandang dan cara pikir, pola hidup, kebiasaan, dan sebagainya. Namun sulit bukan berarti tidak mungkin. Dengan komunikasi yang hangat dan terbuka, orangtua bisa menjadi teman yang terpercaya bagi anak.



percintaan remaja


Bukan sinetron saja. Masalah percintaan kaum remaja memang tidak ada habis-habisnya dieksploitasi oleh para raksasa industri. Valentine dijadikan ajang untuk menjual habis barang dagangan, dengan sasaran utamanya adalah kaum remaja. Siapa korban terbanyak dari Britney Spears? Tidak lain dan tidak bukan adalah kaum remaja. Siapa yang merasakan dampak besar akibat merebaknya pornografi? Ternyata kaum remaja juga. Jadi dengan mudah kita dapat menyimpulkan bahwa menjadi remaja di jaman sekarang ini memang runyamnya minta ampun!

Masalahnya (menurut saya) hanya satu : kaum remaja seringkali tidak punya pegangan. Di satu sisi ia baru saja beranjak dari usia kanak-kanak, di mana pada masa-masa itu ia hanya menggunakan satu logika, yaitu meniru. Di sisi lain, ia juga baru mulai menjajaki kehidupan orang dewasa yang penuh dengan pilihan dan terbukanya akses-akses yang sebelumnya tidak bisa dibuka. Repotnya lagi, pada usia ini pulalah muncul keinginan untuk memberontak, baik pada orang tua, guru, atau tatanan nilai-nilai adat dan agama. Kecuali aturan Allah SWT, segalanya memang boleh dikritisi. Namun apakah semua harus dilawan? Inilah salah satu godaan terbesar yang dialami oleh setiap manusia ketika menginjak masa usia remaja.

Akhirnya, alih-alih melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, kaum remaja justru seringkali mencederai kepentingannya sendiri. Karena kesal pada orang tua yang selalu menyuruh belajar (misalnya dengan memberi target rangking, menyuruh anak belajar di bimbel plus belajar privat di rumah), maka ia ‘membalasnya’ di sekolah, misalnya dengan bolos, dan berbagai kenakalan lainnya. Sebenarnya sedikit sekali remaja yang benar-benar nakal. Sebagian besar hanya marah, dan kebingungan bagaimana harus menyalurkan amarahnya.

Dengan prinsip ‘tampil beda’, akhirnya kaum remaja justru ‘tampil seragam’. Waktu saya kelas 2-3 SMP dahulu, siswi sekolah sedang gandrung sepatu ‘Doc Mart’. Sekarang, rata-rata kaus kakinya tinggi seperti pemain sepak bola, dan panjang baju seragamnya pas sampai di pinggang. Dulu sekali, orang-orang beramai-ramai mengkeritingkan rambutnya. Sekarang, yang ikal pun ingin rambut lurus. Kalau dulu kekekaran tubuh dan ke-macho-an pribadi adalah kebanggaan para siswa, sekarang mereka malah tampil sekurus mungkin, dengan gaya rambut yang aneh meniru-niru Good Charlotte dan band punk semacamnya. Mereka memang mengaku ingin tampil beda, tapi di mata orang lain, mereka justru tak berkarakter sama sekali. Inilah ‘sisa-sisa’ logika meniru yang masih mereka pakai dari masa kanak-kanak.

Pada usia ini pula manusia cenderung melakukan hal-hal yang akan disesalinya kemudian. Masalahnya, mereka tidak melakukannya dengan niat yang tepat. Berbuat salah itu biasa bagi siapa pun, namun ada kalanya seorang remaja melakukan sesuatu yang salah menurut akalnya, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk menolaknya. Kadang mereka melakukannya untuk mencari perhatian, kadang hanya demi pembalasan, meskipun nyaris selalu salah sasaran.

Pada prinsipnya kaum remaja seringkali merasa kesepian. Mereka merasa orang tuanya tidak memahami keadaan dirinya (dan kalau mau jujur, orang tua memang seringkali lupa dengan kondisi jiwa kaum remaja), apalagi gurunya. Maka mereka pun berpaling pada teman-teman sebayanya dan orang-orang yang mereka idolakan. Jika teman-temannya merokok, maka mereka pun tergoda untuk merokok. Jika artis Hollywood pujaan hatinya menjunjung tinggi seks bebas, maka perzinaan pun tidak tabu lagi di matanya.

Adalah sebuah ironi yang tak terperi ketika saya menyadari bahwa kaum remaja selalu ingin dimengerti, namun mereka sendiri seringkali tidak mengerti dirinya sendiri. Mereka mencari-cari identitas dirinya ‘keluar’, padahal mereka seharusnya duduk dan mencarinya ‘di dalam’. Mereka melihat-lihat identitas orang lain dan mencoba menerapkannya pada diri sendiri dengan logika trial and error yang sangat menyedihkan. Padahal sunnatullaah berlaku sampai kapan pun : manusia tidak menghormati seorang copycat ! Anda bisa dengan mudah tampil keren, tapi terhormat itu urusan lain lagi.

Kembali pada masalah cinta, khususnya cinta remaja.

Kaum remaja seringkali tidak menyadari keadaan dirinya sendiri yang masih sangat labil dan amat dipengaruhi oleh ego pribadi. Kondisi yang demikian ini adalah kondisi yang paling tidak ideal untuk berkecimpung dalam masalah percintaan. Itulah sebabnya, meskipun sinetron-sinetron menggambarkan sebaliknya, namun drama percintaan yang dialami oleh kaum remaja lebih sering kandas di tengah jalan daripada berlanjut menuju akhir yang baik.

Jika bicara masalah cinta, yang seringkali muncul dalam perbincangan adalah ucapan-ucapan seperti :

  • “Kamu kok nggak ngertiin aku...”
  • Aku ingin...”
  • “....pasangan yang bisa membahagiakan aku.”

Kata-kata yang saya tebalkan dapat dengan mudah menunjukkan adanya campur tangan ego dalam kadar yang cukup tinggi. Sekali lagi, ini adalah racun dalam urusan cinta-cintaan. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari.

Bagi seorang Muslim, hidup bukan untuk diri sendiri. Jangan bicara kasih sayang kalau masih memikirkan diri sendiri, dan jangan ngomong cinta kalau tidak mau mendahulukan pasangan. Dengan demikian, kalau memang mau bicara cinta, maka seorang remaja harus rela terlebih dahulu untuk melepaskan logika kanak-kanaknya dan melangkah lebih jauh dengan logika orang dewasa. Dan untuk menjadi dewasa, tentu saja, butuh waktu.

dampak positiv dan negative internet


Dampak Positif dan Negatif Teknologi Informasi dan
Komunikasi Bagi Para Pelajar
Tahukah kita selain membawa manfaat yang besar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga mempunyai pengaruh buruk yang besar pula pada perkembangan generasi anak bangsa.
Saat ini perangkat yang paling mempengaruhi anak pelajar Indonesia saat ini antara lain :

1. Komputer
2. Handphone
3. MP4 player
4. Game Console
5. Media tontonan seperti Televisi dan Film

Namun kali ini kita akan membahas salah satu diantaranya yaitu pengaruh buruk Teknologi Komputer. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Pengaruh buruk dari Games Komputer.

Salah satu contoh pengaruh buruknya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, anak ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.
Pengaruh buruk lewat internet.

Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.
Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.
Pengaruh Buruk Terlalu Sering Bermain Komputer.

Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.
* Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer.
* Selain itu juga pihak sekolah harus ikut andil dalam memberikan pengarahan terbaik agar siswa/siswi dapat mempergunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi ke arah yang positif.
* Pemerintah sebagai pengendali semua sistem penyedia Informasi harusnya lebih aktif dalam mengontrol penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Generasi Anak Bangsa.
Sadar atau tidak sadar Teknologi Informasi dan Komunikasi telah membawa perubahan besar terhadap Generasi Penerus Bangsa, hanya tinggal kita yang bisa atau tidak membawa perubahan itu ke arah yang positif atau negatif.
Komentar:-Mendorong munculnya kejahatan jenis baru,
-Mendorong terjadinya kekerasan dan kekejaman,
-Mempermudah masuknya nilai-nilai budaya asing yang negatif.



Dampak Positif Teknologi Informasi

Dampak positif pemanfaatan teknologi informasi lainnya misalkan di bidang jasa pelayanan kesehatan. Institusi kesehatan menggunakan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan secara terpadu dari pendaftaran pasien sampai kepada system penagihan yang bisa dilihat melalui internet. Contoh lain adalah bermunculannya polling atau layanan masyarakat dalam bentuk SMS (Short Message Service), termasuk juga untuk sistem perbankan yang dikenal dengan M-Banking (Mobile Banking).
Banyak literatur yang mendefinisikan teknologi informasi. Secara simpel, teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berfungsi untuk menghasilkan, menyimpan, mengolah, dan menyebarkan informasi tersebut dengan berbagai bentuk media dan format (image, suara, text, motion pictures, dsb). Dari pengalaman dan pengamatan, tahapan pemanfaatan teknologi informasi dimulai pada saat teknologi informasi dianggap sebagai media yang dapat menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional, misalkan saja pemakaian mesin ketik, kertas, penghapus, tip-ex, proses editing, dsb yang cenderung tidak efisien. Sekarang dengan bantuan komputer kita bisa melihat hasil ketikan di layar monitor sebelum dicetak, sehingga mengirit biaya kertas (paperless). Selain itu kita juga dapat menghemat waktu dan tempat penyimpanan file.
Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat menggantikan beberapa cara konvensional yang memberikan benefit, maka orang mulai melihat kelebihan lainnnya. Sebagai contoh sarana pengiriman surat diganti diganti dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya. Pada tahap ini orang sudah mulai menginvestasikan kepada perangkat komputer. Dari manfaat yang didapatkan, teknologi informasi mulai digunakan dan diterapkan untuk membantu operasional dalam proses bisnis. Misalnya perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa dibatasi waktu dan ruang, misal pesan tiket dengan SMS, pengaduan ke Presiden dengan SMS, dsb.
Memang awalnya teknologi informasi dan komunikasi diciptakan untuk menunjang kegiatan bisnis. Pada perkembangannya, manusia secara pribadi ternyata juga dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi ini. Contohnya handphone, kalau dulu individu secara pribadi masih sulit untuk menggunakan handphone karena dulu piranti pendukungnya masih mahal, tetapi kini handphone sebagai salah satu produk teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi produk yang umum, yang tidak hanya digunakan untuk menunjang kegiatan bisnis pemiliknya, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup (life-style). Bahkan saat ini anak SD pun telah membawa handphone, sehingga handphone bukan barang murah lagi. Mengutip salah satu slogan produsen handphone terkemuka, “connecting people“, ternyata benar adanya. Kian mudah saja berhubungan dengan orang lain.

Resolusi Parlemen Eropa Tentang Kenakalan Remaja, Peranan Perempuan, Keluarga dan Masyarakat


Resolusi Parlemen Eropa tentang kenakalan remaja, peranan perempuan, keluarga dan masyarakat (2007/2011 (INI))

Parlemen Eropa,

- Dengan memperhatikan Perserikatan Bangsa-Bangsa ‘Konvensi Hak Anak 20 November 1989 dan, khususnya, Pasal 37 dan 40 daripadanya,

- Dengan memperhatikan Perserikatan Bangsa-Bangsa ‘Peraturan Standar Minimum untuk Administrasi Juvenile Justice atau’ Beijing ‘aturan’ 1985, diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 40/33 tanggal 29 November 1985,

- Dengan memperhatikan Perserikatan Bangsa-Bangsa ‘Pedoman untuk Pencegahan Juvenile Kenakalan atau’ Riyadh Guidelines ‘1990, diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 45/112 14 Desember 1990,

- Dengan memperhatikan Perserikatan Bangsa-Bangsa ‘Aturan untuk Perlindungan Remaja Kehilangan Liberty mereka, yang diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 45/113 14 Desember 1990,

- Dengan memperhatikan Dewan Eropa Konvensi Eropa pada Latihan Hak Anak 25 Januari 1996 dan, khususnya, Pasal 1 dan 3-9 daripadanya,

- Dengan memperhatikan Dewan Komite Menteri Eropa ‘Rekomendasi untuk negara-negara anggota mengenai cara-cara baru dalam menghadapi kenakalan remaja dan remaja peran keadilan dari 24 September 2003 (1),

- Dengan memperhatikan Dewan Komite Menteri Eropa ‘Rekomendasi reaksi sosial kenakalan remaja dari 17 September 1987 (2),

- Dengan memperhatikan Dewan Komite Menteri Eropa ‘Rekomendasi reaksi sosial kenakalan remaja di kalangan keluarga migran 18 April 1988 (3),

- Dengan memperhatikan Perjanjian Uni Eropa dan, khususnya, Pasal 6 dan ketentuan-ketentuan VI Judul polisi dan peradilan tentang kerjasama dalam masalah pidana,

- Dengan memperhatikan Perjanjian Komisi Eropa dan, khususnya, Judul XI pada kebijakan sosial, pendidikan, pelatihan kejuruan dan pemuda dan, khususnya, Pasal 137 daripadanya,

- Dengan memperhatikan Kerangka Program untuk Polisi dan Peradilan Pidana Kerjasama dalam Matters (Agis), yang berakhir pada 31 Desember 2006, dan Peraturan Dewan (EC) No 168/2007 dari 15 Februari 2007 mendirikan Uni Eropa Agency for Fundamental Rights ( 4),

- Dengan memperhatikan ke posisi 30 November 2006 pada proposal untuk memberdayakan keputusan Dewan Uni Eropa Hak-hak Mendasar Badan untuk melanjutkan kegiatan di daerah yang dimaksud dalam Judul VI dari Perjanjian di Uni Eropa (5),

- Dengan memperhatikan ke posisi 22 Mei 2007 di Common Dewan posisi di adopsi keputusan Parlemen Eropa dan Dewan menetapkan untuk periode 2007-2013 program khusus untuk mencegah dan memerangi kekerasan terhadap anak-anak, kaum muda dan perempuan dan untuk melindungi korban dan kelompok berisiko (Daphne III Program) sebagai bagian dari program umum ‘Fundamental Hak dan Keadilan’ (6),

- Dengan memperhatikan komunikasi dari Komisi berjudul ‘Strategi Menuju Uni Eropa tentang Hak-hak Anak “(COM (2006) 0.367),

- Dengan memperhatikan dengan resolusi 8 Juli 1992 di Eropa Piagam Hak-Hak Anak (7) dan, khususnya, paragraf 8,22 dan 8,23 daripadanya,

- Dengan memperhatikan Keputusan Dewan 2001/427/JHA dari 28 Mei 2001 mendirikan jaringan pencegahan kejahatan Eropa (8),

- Dengan memperhatikan pendapat Ekonomi Eropa dan Komite Sosial 15 Maret 2006 yang berjudul “The Prevention of Juvenile Kenakalan. Cara menghadapi kenakalan remaja dan peran remaja sistem peradilan di Uni Eropa ‘(9),

- Dengan memperhatikan kesimpulan dari konferensi yang diadakan di Glasgow dari 5-7 September 2005 dengan perlindungan Kepresidenan di Inggris pada subjek ‘Young orang dan kejahatan: perspektif Eropa’,

- Dengan memperhatikan laporan tahunan terbaru yang dikeluarkan oleh European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction,

- Dengan memperhatikan Peraturan 45 dari Aturan Prosedur,

- Dengan memperhatikan laporan dari Komite Hak-Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender (A6-0212/2007),

A. sedangkan kenakalan remaja secara inheren lebih berbahaya daripada menyinggung perasaan orang dewasa karena akan mempengaruhi bagian yang sangat rentan dari populasi selama tahun-tahun formatif pengembangan pribadi, memperlihatkan remaja pada tahap yang sangat awal untuk risiko pengucilan sosial dan stigmatisasi,

B. B sedangkan non-kehadiran di sekolah adalah salah satu faktor yang meningkatkan risiko kenakalan remaja,

C. sedangkan nasional, Eropa dan studi internasional menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan kenakalan remaja selama dua dekade terakhir,

D. sedangkan kenakalan remaja adalah menjadi urusan rekening peduli terhadap skala besar itu kini telah diasumsikan, karena fakta bahwa kenakalan dimulai pada usia yang lebih muda, jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur 13 tahun meningkat dan bahwa tindakan yang dilakukan oleh orang-orang muda menjadi semakin brutal,

E. sedangkan metode saat merekam dan menyajikan data statistik mengenai kenakalan remaja tidak sesuai dengan aktual kebutuhan dan keadaan zaman sekarang, sehingga mendesak yang diperlukan untuk memperoleh statistik yang dapat diandalkan di tingkat nasional,

F. sedangkan sulit untuk mengklasifikasikan secara tepat alasan yang menyinggung perasaan orang-orang muda, faktor yang menyebabkan antisosial dan akhirnya bentuk-bentuk perilaku kriminal yang berbeda dalam setiap kasus individual, karena mereka dikondisikan oleh pengalaman masing-masing anak atau remaja dan unsur-unsur memainkan peran yang paling sentral dalam perkembangan mereka: keluarga, sekolah, lingkaran teman dan umum keadaan ekonomi dan sosial,

G. sedangkan faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja adalah kurangnya struktur, komunikasi dan model yang sesuai dalam keluarga, seringkali sebagai akibat dari ketidakhadiran orangtua, psikopatologis masalah yang berhubungan dengan fisik dan seksual oleh orang-orang dalam lingkungan keluarga, kegagalan sistem pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai sosial, kemiskinan, pengangguran, pengucilan sosial dan rasisme; sedangkan faktor penting tambahan adalah kecenderungan kuat yang meniru orang-orang muda berkembang selama tahun-tahun pertumbuhan perkembangan pribadi mereka, gangguan kepribadian yang berkaitan dengan konsumsi alkohol dan obat-obatan dan penggambaran oleh media massa, situs-situs internet tertentu dan dengan permainan video model tak berakal, kekerasan yang berlebihan dan tidak beralasan,

H. sedangkan perilaku menyimpang di kalangan orang-orang muda tidak sistematis berasal dari dalam keluarga,

I. sedangkan peningkatan konsumsi ganja dan obat lain dan / atau alkohol oleh remaja mungkin akan berkorelasi dengan peningkatan kenakalan remaja,

J. sedangkan migran dan khususnya remaja yang jauh lebih terpapar survei sosial, menciptakan kesan bahwa masalah kenakalan remaja terjadi terutama di antara para migran dan tidak seluruh masyarakat secara keseluruhan, kesan yang tidak hanya akurat tetapi juga berbahaya bagi masyarakat,

K. sedangkan dua ‘modern’ bentuk-bentuk kenakalan remaja melibatkan pembentukan ‘geng-geng remaja’ dan meningkatnya kekerasan di sekolah, karena ini terutama tersebar luas di negara-negara anggota tertentu dan sangat sulit untuk menyelidiki dan menangani,

L. sedangkan perkembangan semakin luas seperti kekerasan geng-geng remaja yang diselenggarakan telah mendorong negara-negara anggota tertentu untuk membuka perdebatan mengenai kebutuhan untuk merevisi hukum pidana yang berkaitan dengan remaja,

M. sedangkan di negara-negara anggota tertentu yang lingkungan dan bahkan dari sekolah taman bermain itu sendiri (termasuk mereka yang berada di lingkungan kaya) telah menjadi daerah tanpa hukum (obat-berhadapan, kadang-kadang tindakan kekerasan yang melibatkan penggunaan pisau, pemerasan dengan berbagai sarana, pengembangan permainan berbahaya dan fenomena “bahagia menampar”, yang melibatkan posting di situs-situs foto-foto adegan-adegan kekerasan yang diambil dengan telepon selular),

N. sedangkan tahun-tahun terakhir telah melihat revisi yang progresif hukum pidana nasional yang berkaitan dengan remaja dan revisi ini harus diarahkan untuk tindakan pencegahan, hukum dan tindakan-tindakan di luar hukum dan re-pendidikan dan langkah-langkah rehabilitasi, termasuk terapi di mana perlu; menekankan, bagaimanapun, bahwa sangat sering tidak layak untuk menerapkan langkah-langkah baru ini dalam praktek karena kurangnya cocok, fasilitas yang modern dan melatih personel spesialis, terbatasnya dana dan kadang-kadang kurangnya akan pada bagian dari mereka yang terlibat atau kesalahan yang melekat dalam sistem,

O. sedangkan banjir gambar yang sangat adegan-adegan kekerasan dan pornografi, dilakukan di berbagai media, seperti permainan, televisi dan Internet, dan media eksploitatif penggambaran remaja korban dan pelaku di perbatasan pada banyak kasus pelanggaran hak-hak dasar anak-anak dan adalah instrumental dalam trivialising kekerasan,

P. mencatat bahwa, menurut statistik yang diterbitkan di negara-negara anggota tertentu, antara 70% dan 80% dari anak-anak nakal yang dihukum ketika mereka melakukan pelanggaran pertama mereka tidak menyinggung ulang;

T. dengan memperhatikan artikel dan penelitian yang diterbitkan di negara-negara anggota tertentu yang menunjukkan peningkatan jumlah tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja pada orangtua mereka dan negara yang tak berdaya di mana terakhir menemukan diri mereka sendiri,

R. dengan memperhatikan fakta bahwa kadang-kadang jaringan kejahatan terorganisir mempekerjakan anak nakal untuk kegiatan mereka,

S. sedangkan kelompok kerja khusus didirikan, dalam rangka Pencegahan Kejahatan Eropa Network didirikan pada tahun 2001, dalam rangka untuk memerangi kenakalan remaja dan yang telah mulai menyusun rinci studi perbandingan di 27 Anggota Serikat sebagai dasar untuk kebijakan Uni Eropa di masa depan perkembangan dalam bidang itu,

1. Menekankan bahwa kenakalan remaja dapat diperangi secara efektif hanya dengan mengadopsi strategi yang terpadu di tingkat nasional dan tingkat Eropa yang akan mesh tiga prinsip-prinsip: pencegahan, langkah-langkah di luar hukum dan peradilan dan isu sosial dari semua kaum muda;

Kebijakan di tingkat nasional

2. Menekankan bahwa sangat penting bagi semua pemangku kepentingan dalam masyarakat untuk secara langsung terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi nasional yang terpadu yaitu Negara sebagai pusat administrasi, regional dan otoritas lokal, lembaga pendidikan, keluarga, LSM dan terutama pemuda LSM, masyarakat sipil dan setiap individu; berpendapat bahwa itu adalah penting untuk memiliki sumber daya keuangan yang memadai tersedia dalam rangka untuk melaksanakan langkah-langkah efektif untuk memerangi kenakalan remaja;

3. Berpendapat bahwa, dalam rangka untuk secara efektif memerangi kenakalan remaja, terpadu dan sekolah yang efektif, sosial, keluarga dan kebijakan pendidikan harus dilaksanakan yang akan membantu untuk memastikan bahwa nilai-nilai sosial dan kemasyarakatan diwariskan dan bahwa orang-orang muda menyesuaikan diri dengan masyarakat di usia dini ; menganggap bahwa ada juga kebutuhan untuk kebijakan yang ditujukan untuk lebih besar dan kohesi sosial ekonomi dan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan penanggulangan pengucilan sosial dan kemiskinan, dengan referensi khusus untuk anak kemiskinan;

4. Menganggap perlu agar keluarga, pendidik dan masyarakat harus menyampaikan kepada kaum muda nilai-nilai dari masa kanak-kanak;

5. Menganggap bahwa mencegah kenakalan remaja juga memerlukan kebijakan negara di bidang lain, termasuk perumahan, pekerjaan, pelatihan kejuruan, waktu luang dan pertukaran pemuda;

6. Ingat bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya harus bekerja sama untuk memerangi fenomena tumbuh remaja kekerasan;

7. Menekankan pada peran spesifik bahwa keluarga bermain di semua tahapan ini melawan kenakalan remaja dan meminta negara-negara anggota untuk mengembangkan dukungan yang memadai bagi orang tua; catatan, dalam kasus tertentu, kebutuhan bagi orangtua untuk terlibat ke tingkat yang lebih besar dan harus dibuat lebih sadar akan tanggung jawab mereka;

8. Mendorong negara-negara anggota untuk memastikan bahwa kebijakan nasional mereka mencakup ketentuan untuk selama satu tahun cuti yang akan memungkinkan keluarga-keluarga yang sangat ingin mencurahkan perhatian khusus pada pendidikan awal anak mereka (yang begitu sangat penting bagi seorang anak perkembangan emosi);

9. Panggilan pada Negara-negara Anggota untuk memberikan bantuan khusus bagi keluarga dengan keuangan dan masalah-masalah sosial; mengambil pandangan bahwa langkah-langkah untuk menutupi kebutuhan penting dalam perumahan, makanan, dijamin akses ke pendidikan dasar dan perawatan medis untuk semua anggota keluarga, khususnya anak-anak, bersama-sama dengan tindakan untuk menjamin akses pada istilah yang sama dengan pasar tenaga kerja dan sosial, ekonomi dan kegiatan politik untuk anggota keluarga akan memastikan yang sehat dan lingkungan keluarga yang adil bagi perkembangan anak dan langkah-langkah awal menuju integrasi sosial;

10. Panggilan pada Negara-negara Anggota untuk menyediakan sumber daya untuk perluasan saran yang efisien layanan psikososial, termasuk titik kontak untuk keluarga yang menderita masalah kenakalan remaja;

11. Khusus menekankan pentingnya sekolah-sekolah dan masyarakat sekolah dalam membentuk karakter anak-anak dan remaja; menekankan bahwa, jika sistem pendidikan gagal untuk menyediakan saluran yang cocok untuk intervensi, bantuan dan kontak dengan siswa, dua karakteristik yang mendasar saat ini sekolah-sekolah, multikulturalisme dibarengi dengan peningkatan perbedaan antara kelas-kelas sosial, dapat menimbulkan kekerasan dalam sekolah-sekolah;

12. Panggilan pada Negara-negara Anggota dalam konteks ini untuk mengeluarkan otoritas pendidikan yang diperlukan pedoman tentang up-to-date pendekatan pengelolaan konflik di sekolah dengan cara konsiliasi prosedur yang melibatkan siswa, orang tua, guru dan pihak berwenang setempat;

13. Menganggap hal itu penting untuk memberikan pelatihan khusus bagi guru dalam pengelolaan kelas heterogen, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan pendekatan pendidikan tidak didasarkan pada moralising tetapi pada pencegahan dan solidaritas, menghindari stigmatisasi dan marjinalisasi dari kedua remaja pelaku dan korban di antara murid-murid mereka;

14. Panggilan pada Negara-negara Anggota selain untuk memasukkan dalam kebijakan pendidikan mereka khusus penyediaan konseling dan dukungan psikologis bagi anak-anak hadapi masalah integrasi sosial, ketersediaan perawatan medis di masing-masing sekolah dan penunjukan pekerja sosial, sosiolog / kriminolog, psikolog anak dan ahli dalam isu-isu yang berkaitan dengan kenakalan remaja, masing-masing melayani sejumlah kecil lembaga pendidikan, dekat pemeriksaan pada konsumsi alkohol dan obat-obatan di antara murid-murid, langkah-langkah untuk memerangi segala bentuk diskriminasi terhadap anggota komunitas sekolah, pengangkatan ombudsman masyarakat bertindak sebagai perantara antara sekolah dan masyarakat dan kerjasama antara berbagai komunitas sekolah dalam menyusun dan melaksanakan program-program untuk mencegah kekerasan;

15. Panggilan pada Anggota Serikat dan nasional yang relevan dan daerah untuk melaksanakan secara tegas dan sepenuhnya Masyarakat dan legislasi nasional pada pemantauan siaran televisi dan konten lain yang sangat mungkin dari sifat kekerasan atau tidak cocok untuk remaja; panggilan di Negara Anggota berwenang untuk mencapai kesepakatan dengan media di ‘peta jalan’ menjunjung tinggi hak-hak anak dan khususnya orang-orang pelanggar hukum remaja, yang melibatkan larangan penyiaran gambar yang sangat keras pada waktu-waktu tertentu dalam sehari dan yang melarang pengungkapan identitas mereka yang terlibat dalam kenakalan remaja;

16. Merekomendasikan bahwa negara-negara anggota meningkatkan kualitas pusat-pusat pemuda dan meningkatkan peran mereka sebagai tempat pertemuan bagi kaum muda dan mengamati bahwa pengakuan remaja pelaku pusat-pusat tersebut akan memfasilitasi reintegrasi sosial mereka dan mendorong perasaan menjadi anggota masyarakat;

17. Menekankan bahwa media dapat memainkan peranan penting dalam mencegah kenakalan remaja dengan memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran publik serta melalui siaran berkualitas tinggi, dengan fokus pada kontribusi positif orang-orang muda itu membuat masyarakat sementara pada saat yang sama siaran pemantauan yang melibatkan kekerasan , pornografi atau obat-obatan di bawah ‘peta jalan’ perjanjian untuk melindungi hak-hak anak;

18. Menekankan lebih lanjut (dalam kaitannya dengan perjuangan melawan kenakalan remaja) nilai memperkenalkan langkah-langkah di Negara-negara Anggota yang akan menyediakan bentuk-bentuk alternatif untuk hukuman kurungan, dan juga langkah-langkah pendidikan atas kebijaksanaan pengadilan nasional, seperti pelayanan masyarakat, perbaikan dan victimsand mediasi dengan pelatihan kejuruan, tergantung pada keseriusan pelanggaran dan tunggakan usia, kepribadian dan tingkat kematangan;

19. Mendesak negara-negara anggota untuk mengadopsi langkah-langkah hukum pembaruan baru dalam menanggapi masalah, seperti keterlibatan langsung, dalam proses pidana, dari orang tua atau wali dari remaja dari penuntutan sampai dengan pelaksanaan kalimat, disertai dengan pendidikan dan dukungan psikologis intensif langkah-langkah , menempatkan remaja dengan keluarga angkat di mana dianggap perlu, bersama-sama dengan dukungan, dalam bentuk saran dan informasi, untuk orang tua, guru dan murid dalam kaitannya dengan perilaku kekerasan remaja di sekolah;

20. Menunjukkan bahwa, dalam kasus kenakalan remaja, pelaksanaan dan lamanya proses peradilan, pilihan ukuran yang dapat diadopsi dan kemudian pelaksanaannya harus dipandu oleh kepentingan override anak dan pelaksanaan hukum acara masing-masing Negara Anggota; tekanan dalam hubungan ini yang harus diurutkan penjara hanya sebagai pilihan terakhir dan bahwa setiap hukuman penjara harus dilayani dalam fasilitas yang sesuai untuk anak-anak nakal;

21. Panggilan pada Anggota Serikat, dalam rangka pendekatan terpadu kenakalan remaja, untuk memperuntukkan alokasi anggaran yang terpisah khusus untuk langkah-langkah untuk mencegah kenakalan remaja, meningkatkan pendanaan untuk integrasi sosial dan tempat kerja bagi kaum muda dan untuk perbaikan dan modernisasi dari pusat dan daerah fasilitas untuk remaja pelaku dan untuk penyediaan spesialis dan pelatihan yang berkelanjutan untuk semua individu yang terlibat dalam kapasitas profesional dan semua organisasi yang bersangkutan;

Menuju strategi Eropa

22. Merekomendasikan bahwa negara-negara anggota, bekerjasama dengan Komisi, menyusun dan segera mengadopsi sejumlah standar minimum dan prinsip umum untuk semua negara anggota dalam kaitannya dengan kenakalan remaja, dengan fokus pada tiga pilar dasar (pertama) pencegahan, (kedua ) peradilan dan langkah-langkah di luar hukum, dan (ketiga) rehabilitasi dan integrasi sosial atau reintegrasi, atas dasar prinsip-prinsip internasional Beijing yang didirikan berdasarkan peraturan dan pedoman Riyadh, Perserikatan Bangsa-Bangsa ‘Konvensi tentang Hak-hak Anak dan konvensi internasional lainnya dalam hal ini lapangan;

23. Menyatakan bahwa tujuan dari pendekatan Eropa yang umum harus mendefinisikan model-model untuk intervensi dalam rangka menghadapi dan mengelola kenakalan remaja, sementara jalan untuk tindakan-tindakan dan hukuman kustodian harus merupakan jalan terakhir dan hanya dilaksanakan ketika dinilai benar-benar diperlukan;

24. Mencatat bahwa penyertaan dan partisipasi kaum muda dalam semua masalah dan keputusan tentang mereka sangat penting jika solusi umum yang dapat ditemukan yang akan membuktikan berhasil; mempertimbangkan Karena itu, harus berhati-hati ketika pemuda menunjuk juri pengadilan untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya memiliki pengalaman dalam pendidikan kaum muda, tetapi juga bahwa mereka dilatih dalam masalah terkait dengan kekerasan dan kaum muda;

25. Panggilan pada Komisi untuk menetapkan kriteria khusus bagi semua Negara Anggota untuk pengumpulan statistik nasional dalam rangka untuk memastikan bahwa mereka dapat dibandingkan dan karenanya bisa digunakan selama perencanaan berbagai tindakan di tingkat Eropa; panggilan di negara-negara anggota untuk mengambil aktif bagian dalam kerja Komisi dengan mengedarkan dan memberikan informasi dari semua yang berwenang nasional, regional dan pihak berwenang setempat dan dari asosiasi, LSM dan organisasi masyarakat sipil lainnya yang beroperasi di bidang ini;

26. Panggilan atas Komisi dan Anggota Serikat “otoritas lokal dan nasional untuk belajar dari praktek terbaik dalam operasi dalam Negara-negara Anggota yang mengaktifkan seluruh masyarakat dan mencakup tindakan positif dan intervensi pada orang tua bagian dari ‘asosiasi dan LSM di sekolah-sekolah dan penduduk setempat , dan untuk menilai percobaan yang telah dilaksanakan di negara-negara anggota berkenaan perjanjian kerja sama antara polisi pemerintah, instansi pendidikan, pemerintah daerah, organisasi pemuda dan pelayanan sosial di tingkat lokal (dengan memperhatikan aturan bersama kerahasiaan), bersama dengan strategi nasional dan program-program pemuda nasional; panggilan kepada Negara-negara Anggota untuk belajar dari praktek terbaik saat ini beroperasi dalam Negara-negara dalam rangka memerangi mengkhawatirkan peningkatan konsumsi narkoba oleh remaja dan kenakalan terkait, dan dari solusi yang paling efektif untuk diterapkan di acara bermasalah konsumsi, khususnya berkaitan dengan kesehatan;

27. Menyambut baik inisiatif nasional yang meliputi langkah-langkah integrasi yang positif seperti ‘out-of-sekolah skema pekerja muda’ sekarang yang diluncurkan di daerah-daerah seperti La Rioja;

28. Panggilan pada Komisi dan Anggota Serikat sebagai langkah awal untuk mengembangkan sumber-sumber Eropa yang ada dan program-program yang meliputi langkah-langkah untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja dan memuaskan memfasilitasi reintegrasi sosial terhadap pelaku dan korban, sebagai contoh:
- 2007-2013 khusus program untuk ‘Mencegah dan Memerangi Kejahatan’, pada dasarnya berusaha untuk mencegah kejahatan dan melindungi korban,
- Spesifik ‘Criminal Justice’ program untuk 2007-2013, mempromosikan kerjasama di bidang peradilan pidana yang didasarkan pada pengakuan timbal balik dan kepercayaan dan meningkatkan kontak dan pertukaran informasi antara otoritas nasional yang relevan yang terlibat,
- The Daphne III program untuk memerangi kekerasan terhadap remaja dan anak-anak,
- The 2007-2013 ‘Youth in Action’ Program, salah satu prioritas utama yang adalah dukungan bagi kaum muda dengan lebih sedikit kesempatan atau dari latar belakang kurang beruntung,
- Dana Sosial Eropa dan Program Equal inisiatif untuk meningkatkan integrasi sosial dan memerangi diskriminasi dan memfasilitasi akses ke pasar tenaga kerja bagi mereka yang lebih sedikit kesempatan,
- Uni Eropa yang didanai program inisiatif Urbact mencari pertukaran praktek terbaik di antara kota-kota Eropa yang lebih berkelanjutan mengenai lingkungan hidup dan mencakup langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan bagi remaja perkotaan dan memfasilitasi integrasi sosial remaja dengan lebih sedikit kesempatan, dengan maksud untuk meningkatkan keterlibatan sosial dan partisipasi,
- Lintas batas inisiatif seperti ‘Biarkan mengikat bersih aman bagi anak-anak dan remaja beresiko’ proyek berfokus pada langkah-langkah untuk membantu anak-anak dan remaja yang beresiko atau terpinggirkan secara sosial, yang dapat memperoleh manfaat dari partisipasi karena banyak mitra dari Negara-negara Anggota mungkin,
- Helpline Eropa untuk anak-anak hilang, termasuk korban kenakalan remaja;

29. Menekankan perlunya kerjasama yang erat dan jaringan antara semua pengadilan dan polisi berwenang di tingkat nasional dan tingkat Komunitas sebagai Sehubungan dengan penyelidikan dan penyelesaian kasus hilangnya anak-anak yang menjadi korban kenakalan remaja, menjadikannya sebagai dasar tujuan spesifik Strategi Uni Eropa Hak-Hak Anak sebagaimana disajikan dalam Komisi Komunikasi;

30. Menekankan bahwa salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja adalah untuk mengembangkan kebijakan komunikasi yang akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah, mengakhiri kekerasan di media massa dan media audiovisual yang mempromosikan penjadwalan tidak hanya terpusat pada program kekerasan; panggilan, dalam hubungan ini, untuk standar Eropa menempatkan hambatan pada promosi kekerasan di kedua penyiaran dan media cetak yang akan ditetapkan;

31. Mencatat bahwa Frontiers Tanpa Televisi Directive (Directive 89/552/EEC (10)) menetapkan batas ketat mengenai kekerasan penyiaran gambar atau, lebih umum, gambar tidak cocok untuk pendidikan anak-anak, sebuah ukuran yang dirancang untuk mencegah kekerasan oleh dan terhadap remaja ; berseru kepada Komisi untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam arah ini, memperluas kewajiban yang ada untuk menutup telepon selular dan internet, sesuatu yang seharusnya menjadi salah satu prioritas politik yang mendasar dalam hubungannya dengan komunikasi Komisi tersebut di atas pada hak-hak anak;

32. Menyambut berlakunya diri kerangka peraturan untuk perusahaan-perusahaan Eropa lebih aman mengenai penggunaan telepon genggam oleh remaja dan anak-anak dan sesuai dengan menekankan perlunya Komisi untuk membuat usulan-usulan spesifik yang mengikat di tingkat Eropa untuk memastikan keselamatan kesadaran dan kewaspadaan yang berkaitan dengan internet navigasi dan penggunaan telepon selular;

33. Panggilan pada Komisi untuk melanjutkan pekerjaan mendirikan seluruh Eropa bebas telepon hotline untuk anak-anak dan kaum muda dengan masalah, karena hotline tersebut dapat membuat kontribusi yang signifikan untuk mencegah kenakalan remaja;

34. Panggilan pada Komisi untuk mengusulkan, setelah penelitian yang diperlukan telah diselesaikan di tingkat Eropa, yang terintegrasi dengan program kerangka Community Komunitas tindakan pencegahan, dukungan untuk inisiatif-inisiatif LSM dan kerjasama internasional dan dana dari program percontohan di tingkat regional dan lokal, yang akan didasarkan pada praktek nasional terbaik, akan berusaha untuk mempromosikan praktek-praktek ini di seluruh Eropa dan juga akan mencakup sosial dan infrastruktur pendidikan persyaratan;

35. Menekankan bahwa ada dua garis dasar Masyarakat tindakan yang harus dipertimbangkan segera:
- Pendanaan untuk tindakan pencegahan di bawah program Masyarakat yang ada dan penciptaan anggaran baru menuju tindakan dan jaringan terpadu untuk memerangi kenakalan remaja,
- Penerbitan studi dan, kemudian, sebuah komunikasi Komisi pada luasnya masalah di Eropa dan cocok persiapan yang harus dilakukan, melalui jaringan ahli nasional, untuk penyusunan kerangka program terpadu untuk memerangi kenakalan remaja;

36. Panggilan pada Komisi dalam konteks ini untuk menyusun suatu program didanai langkah-langkah, untuk menyertakan:
- Pertimbangan dari praktek-praktek pencegahan terbaik dan efektif, solusi inovatif berdasarkan pendekatan multi-sektoral,
- Mengukur dan menganalisis kemungkinan jangka panjang efektivitas sistem baru-baru ini dilaksanakan untuk pengobatan remaja pelanggar, seperti keadilan restoratif,
- Bertukar praktek terbaik di tingkat internasional, nasional dan tingkat lokal, dengan mempertimbangkan pengalaman yang sangat positif telah dengan European program anti-kekerasan Daphne, yang banyak proyek-proyek yang efisien terhadap kekerasan dapat dikutip sebagai contoh-contoh praktek terbaik,
- Memastikan bahwa layanan ini dan praktik-praktik utama yang berfokus pada kepentingan anak-anak dan remaja, tentang perlindungan hak-hak mereka dan mengajarkan mereka untuk melakukan tugas mereka dan untuk mematuhi hukum;
- Mengembangkan model Eropa untuk perlindungan anak-anak muda, dengan fokus pada tiga pilar dasar pencegahan, hukum dan tindakan-tindakan di luar hukum dan reintegrasi sosial, dan juga pada promosi nilai-nilai penghormatan dan kesetaraan dan hak-hak dan kewajiban dari semua orang,
- Penyusunan pendidikan dan pelatihan kejuruan program untuk remaja dalam rangka untuk memfasilitasi integrasi sosial mereka dan meraih kesempatan yang sama sejati melalui pembelajaran seumur hidup bagi setiap orang; efisien pendidikan untuk semua orang dari awal dan pelaksanaan tujuan Barcelona, yang merupakan prasyarat bagi efektif pencegahan kekerasan; dukungan untuk inisiatif yang sudah ada yang dilakukan oleh organisasi pemuda dalam hal itu,
- Menyelenggarakan program yang terkoordinasi pelatihan yang berkesinambungan ombudsman nasional, aparat kepolisian dan anggota peradilan, badan-badan nasional yang kompeten dan otoritas pengawas,
- Jaringan pelayanan yang bertanggung jawab dari pihak berwenang lokal dan regional, organisasi pemuda dan masyarakat pendidikan;

37. Komisi merekomendasikan bahwa, dalam mempersiapkan jalan bagi Kenakalan Remaja Eropa Observatory dan kerangka program yang terkait, segera mengusulkan langkah-langkah berikut untuk promosi dan penyebarluasan pengalaman dan pengetahuan:
- Survei bersama dan diseminasi hasil-hasil kebijakan nasional,
- Organisasi konferensi dan platform (forum) dengan partisipasi para ahli nasional,
- Promosi komunikasi dan informasi antara otoritas yang kompeten dan badan-badan Masyarakat melalui internet dan penciptaan halaman web yang mengkhususkan diri pada masalah-masalah ini,
- Pembentukan sebuah pusat keunggulan internasional;

Rabu, 23 Juni 2010

Solusi Problem Remaja


Bagi seorang remaja, sekolah adalah dunia yang
penuh kesempatan penuh makna pembelajaran untuk bekal hidup.sekolah
adalah kebutuhan yang sifatnya formal dan menjadi tuntutan usia
perkembangan remaja. Dapat menikmati suka duka bersekolah dan
memperoleh ilmu dalam prosesnya bagi remaja adalah sebuah
keberuntungan. Hal ini disebabkan tidak semua remaja berkesempatan
bersekolah baik karena tidak mampu secara ekonomi ataupun tidak mampu
karena sebab lain.

Sekolah memberikan
keharusan bagi siswa untuk mencapai suatu standar kemampuan yang
bersifat akademis dan non akademis. Uuntuk mencapainya seorang sisiwa
remaja harus mengikuti proses pembelajaran secara disiplin dan penuh
perhatian dalam arti melibatkan diri secara fisik dan psikis dalam
proses pembelajaran.


Keterlibatan
secara fisik dan psikis bagi seorang remaja pelajar dalam pembelajaran
seringkali adalah hal yang sulit terwujud karena siswa tersebut
mengalami beberapa masalah yang menghambat proses belajar. Tak heran
kalau banyak siswa yang nilai akademisnya kurang baik, nilai non
akademisnya dibawah standar, karena ada penghambat proses keberhasilan
belajar yang mengungkung pribadi remaja tersebuit. Agar remaja pelajar
dapat membebaskan diri dari lingkungan masalah penghambat proses
belajar, maka perlu terlebih dahulu mengenai jenis persoalan yang
banyak dialami oleh remaja sebelum mengupayakan strategi pemecahannya.


Berdasar
dari curah pendapat lewat seorang murid, diperoleh sebuah pengakuan tentang ragam masalah yang
menjadi pengganggu belajar mereka. Secara umum masalah tersebut terdiri
dari :

1. Cinta
Remaja dan cinta
adalah dua hal yang tak terpisahkan. Diawali dari masa puber yang
ditandai dengan perubahan fisik seorang remaja belajar untuk mengenal
dan berelasi dengan lawan jenis dalam konteks hubungan yang melebihi
pertemanan.perilaku yang muncul sebagai ekspresi dari cinta ini dapat
kita lihat sebagai bentuk emosi – emosi yang sangant intens atau kuat.
Perasaan yang tenang mendadak menjadi gelisah, sangat riang, murung,
cemburu, sedih, bersemangat, marah dan berbagai emosi yang muncul
akibat perasaan cinta.aktifitas emosional yang
merupakan bagian dari otak kanan ini mendominasi aktifitas perilaku dan
membuyarkan keaktifan otak kognitif pada belahan otak kiri.
Mungkin
kita menjadi mafhum ketika kita melihat remaja yang jatuh cinta itu
kemudian menjadi uring – uringan, kurang konsentrasi belajar, mogok
sekolah, melamun, atau cuek dengan pelajaran dan mengikuti hanya
sekedar untuk menggugurkan kewajiban siswa atau sekedar mengisi absent
kehadiran karena otak limbic/emosi sedang mendominasi otak nalar atau
rasional..
Meski demikian, cinta adalah hal
yang normal muncul sebagai tanda kedewasaan.Untuk itu sebagai langkah
yang bijaksana adalah perlu mengarahkan siswa untuk memiliki sikap yang
tepat dalam menghadapi sindroma cinta. Siswa perlu diarahkan untuk
menerima cinta dengan penuh kesadaran bahwa untuk menjalani kehidupan
berpasangan dalam cinta harus mengikuti koridor aturan agama bukan
budaya. Sebab ketika mengikuti arus budaya maka cinta remaja seolah
adalah gaya hidup yang asyik, wajar bahkan dianjurkan. Akan tetapi
agama Islam membimbing remaja untuk menghargai cinta dan memperoleh
cinta dengan jalan mulia. Adapun cinta remaja adalah fitrah yang
membutuhkan pengendalian diri atau nafsu sampai pada bata ketika remaja
benar – benar telah dewasa dan siap membangun cinta yang bernuansa
ibadah karena Allah SWT yaitu pernikahan.

2. Kasih sayang orang tua dan keluarga

Hidup
tanpa kasih sayang tentu rasanya sengsara dan sedih. Orang yang sedih
sangat mungkin kehilangan gairah atau motivasi untuk belajar, meski
pada beberapa orang mencoba melupakan kesedihan dengan menyibukan diri
dengan bekerja atau mengejar prestasi sebagai pengalihan rasa sedih.
Bila
seorang siswa remaja meiliki masalah dengan kasih saying keluarga kita
dapat mengenali dari sikapnya yang kurang bersahabat, cenderung kasar,
nakal, atau justru terlihat minder dan kuper, toubel maker, egois, cari
perhatian, melanggar aturan dan sebagainya. Semua itu merupakan
ungkapan ketidak bahagiaannya atas kurang terpenuhinya kebutuhan siswa
tersebut dari kasih sayang terutama orang tua. Hal itu terjadi bisa
jadi karena orang tua sangat sibuk bekerja, kurang paham dalam tanggung
jawab, pola asuh, atau perpecahan keluarga.
Apa
yang dialami siswa dirumah kemudian terbawa kesekolah dalam wujud
perilaku yang kurang punya motivasi belajar, atau muncul dalam bentuk
seperti tersebut diatas.
Bagi siswa
remaja dengan masalah seperti itu, tentu butuh bantuan agar dia bisa
terhindar dari bertingkah laku yang merugikan dan tahu bagimana harus
bersikap dengan cara memberinya bimbingan dan pendekatan penuh kasih
saying agar siswa belajar mengenal tentang sikap kasih saying sekaligus
mtebuka pikirannya untuk melakukan pengendalian perilaku agar menjadi
siswa dan pribadi yang berhasil dalam kehidupan. Lebih utama lagi
ketika situasi keluarga dapat teratasi dan mengalami perbaikan baik
sebagai kerjasama sekolah dengan keluarga siswa ataupun proaktif siswa
secara pribadi dalam mengatasi masalahnya.
3. Guru
Guru
tidak selamanya menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan, disebabkan
guru adalah pribadi yang unik sebagaimana siswa, maka pendekatan dan
sikap guru sangat mungkin suatu saat menimbulkan pertentangan atau
hambatan dalam proses belajar. Contoh siswa yang merasa bosan dan
kurang diperhatikan karena tidak cantik atau tampan, siswa remaja yang
bermasalah namun diabaikan saja, siswa yang kurang bisa memahami
pelajaran akibat cara penyampaian guru, ketersinggungan siswa pada
guru, ketidak simpatikan guru dan lain – lain.
Hal
seperti itu, dapat diantisipasi dengan cara guru sering mengupayakan
umpan balik siswa dan mengevaluasi performancenya dari berbagai sumber
agar dapat melakukan perbaikan diri dan dapat menjadi pendidik yang
sukses.

4. Teman

Bagi remaja
teman adalah sangat penting dalam menemukan kepercayaan diri dan
penghargaan diri. Sikap teman dan pandangan teman adalah referensi
remaja dalam memahami dirinya, seringkali antar siswa remaja
memunculkan geng agar dirnya nampak kuat dan diakui lingkungan yang
dibangun berdasar kesamaan sifat atau ciri. Dalam hal kreatifitas dan
pergaulan hal ini seringkali memunculkan masalaha baru yaitu perilaku
pengucilan pada remaja yang berbeda atau lain geng.pada beberapa
kejadian sering kemudian terjadi pertikaian antar geng, ejek – mengejek
dengan teman diluar geng yang dapat memunculkan remaja tertentu
sebagai korban. Akibat yang muncul ialah hilangnya kepercayaan diri
korban dan rasa sakit hati yang sangat mengganggu pada konsentrasi
belajar, semangat sekolah , dan prestasi. Lebih dari itu sikorban
mungkin kemudian menjadi dendam dan melakukan tindakan yang dapat
merugikan dirinya seperti mabuk, drugs, mogok sekolah ,depresi, bunuh
diri, atau justru merugikan orang lain seperti melukai , mencuri,
membunuh dan sebaginya.
Hal ini terlihat
sederhana namun bisa menjadi rumit ketika perilaku yang menjadi akibat
sifatnya ekstrim dan berbau kriminal, maka, sekolah dapat
mengantisipasinya dengan cara membiasakan sikap menghargai teman,
menjaga ucapan kepercayaan diri, membiasakan kebersamaan dan kepedulian
pada teman dengan melakukan bimbingan sikap secara umum dan personal
pada seluruh siswa melalui program bimbingan dan konseling sekolah.

5. Pencarian jati diri

Masa
remaja diawali dari masa pubertas/baligh berkisar antara usia 9 tahun
ke atas. Pada masa tersebut seorang remaja biasanya sedang bingung
memandang dirinya, belum tahu harus seperti dan menjadi apa. Oleh sebab
itulah mereka mencari – carai figure yang mereka minati dan orang –
orang kagumi dengan mencari idola.selain memiliki idola merekapun belum
cukup mengerti tentang potensi diri dan bagaimana merancang kesuksesan
dengan modal tersebut. Untuk itulah seorang guru disekolah sangat
penting memberi bantuan arahan pengenalan dan pengembangan diri remaja.

6. Harapan

Setiap
remaja memiliki harapan seperti normalnya manusia.harapan yang
berkembang secara sehat adalah harapan yang sesuai dengan keadaan dan
kemampuan. Kadangkala remaja memiliki harapan yang berelebihan
sehingga ketika menghadapi kegagalan mengalami frustasi.bagi sebagian
remaja yang yang terbiasa dengan frustasi akan cenderung menyikapi
dengan ketegaran atau sabar tetapi bagi remaja yang selalu dimanja kan
merasa frustasi sebagai hal yang luar biasa sulit dan
menyiksa.sehingga konsentrasi belajar semakin menurun, motivasi
berkurang dan pikiran tersita pada frustasi – frustasi yang dialami .
Sebagai
remaja, adalah wajar apabila belum memiliki kemampuan untuk selalu bisa
memecahkan persoalan. Maka, sekolah dapat memberikan pengetahuan
berkehidupan dan cara- cara mengatasi persoalan agar bisa meraih
harapan, selain itu perlu pula bimbingan untuk menerima kenyataan
sebagai suatu pengalaman yang berharga dan sarana memperbaiki diri
berdasar introspeksi.

7. Uang

Sebagai
remaja, sebagian masih bergantung pada orang tua dalam hal keuangan.
Pola asuh orang tua dalam pengelolaan keuangan anak dapat menjadikan
anak bermasalah.orang tua yang terlalu longgar dalam memberi uang
meyebabkan anak boros, sombong dan cenderung bersikap semaunya. Adapun
yang terlalu ditekan dalam pemenuhan kebutuhan keuangan dapat
menyebabkan remaja menjadi frustasi, tertekan, psikosomatis, kurang
semangat belajar dan masalah perilaku atau kepribadian apabila
siremaja tidak dapat menerima kenyataan atau pola tersebut.
Mengatasi
keadaan tersebut, sekolah dapat membantu siswa untuk dapat menyikapi
pola asuh orang tua dalam hal keuangan secara tepat.aturan pembatasan
uang saku cukup dapat mebuat siswa terkondisi bersikap sederhana lebih
optimal lagi diiringi kesadaran orang tua untuk menumbunhkan sikap
hemat dan sederhana. Namun, bagi remaja yang memiliki kekurangan uang
harus banyak dibimbing untuk menerapkan sikap syukur dalam menerima
keadaan. Bagi remaja yang berpotensi dapat diarahkan untuk gemar
mengikuti kompetisi agar dia belajar mandiri dengan memanfaatkan
bakatnya .hal ini akan dirasakan siswa saat memperoleh bea siswa , uang
pembinaan sebagai penghargaan dan sebagainya.
Siswa
tidak hanya diajari bagaimana meminta uang namun mengelola dan juga
mengupayakannya. Melatih ketrampilan tangan atau boga dapat dijadikan
bekal untuk kelak remaja menekuni usaha produksi tertentu dalam rangka
belajar mandiri.

8. Egois

Egois
merupakan sifat yang khas pada remaja. Perilaku yang muncul bisanya
adalah perilaku ingin menang sendiri, kurang peka pada orang lain, dan
tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sifat ini merupakan warisan bentuk
kekanak-kanakan yang dapat berubah setelah si remaja belajar untuk
bersikap lebih dewasa yaitu bertanggung jawab .
Sikap
egois ini dapat memunculkan masalah dalam pergaulan antar
remaja.biasanya ada remaja yang jadi korban.bagi sipelaku keegoisan ini
membuatnya dibenci dan dijauhi teman namun bisa jadi sipelaku tidak
cukup sadar kalau ia memiliki sifat egois atau ada juga yang merasa
bangga memiliki sifat egois. Namun siremaja akan terpukul dan merasa
bersedih hati serta kurang motivasi belajar saat dia mendapat masalah
dipergaulan. Untuk itu remaja dengan masalah sifat egois ini dapat
dibimbing oleh sekolah dan juga orang tua untuk berlatih membangun
sikap tanggung jawab, empati dan kepedulian sosial.

9. Aturan

Bagi
remaja hidup dalam aturan dapat dirasakan seperti penjara dan bukti
ketidak percayaan bahwa siremaja ini masih dianggap anak- anak. Maka
untuk membuktikan kemandiriannnya biasanya mereka suka memberontak dan
bergaya hidup semaunya. Namun hal ini akan dapat diatasi dengan
menumbuhkan kesadaran tentang konsekwensi dari ketidak teraturan dalam
kehidupan sehari – hari dan nyata sehingga siswa akan cenderung
menentukan sikap sendiri untuk dapat mentaati peraturan. Meski demikian
pada beberapa remaja yang sangat menonjol pembangkangannnya terhadap
aturan dapat dikenai sanksi mendidik yang disepakati sebagai tata
tertib sebagai bingkai pengkondisian perilaku, semata – mata untuk
kebaikan remaja tersebut bukan untuk menunjukkan otoritas.

10. pengendalian diri dan emosi

Remaja
memiliki ciri khas perkembangan yaitu emosional.hal ini dapat kita
lihat melalui ekspresi – ekspresi remaja yang cenderung sangat
menyolok.contoh saat mereka riang, murung, histeris dan sebagainya.pada
orang yang matang cenderung menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi
dan terbingkai dengan nilai kesantunan. Namun remaja justru membiarkan
emosi dilepaskan secara bebas.akibat dari pengungkapan emosi yang
cenderung tanpa kendali ini sering menimbulkan masalah dalam pergaulan
disekolah.
Emosionalitas remaja ini dapat
diredam dengan tata tertib sekolah atau kelas namun lebih mendasar lagi
dengan penanaman sikap kesantunan pada pikiran dan pembentukan sikap
agar pengendalian diri dan emosi ini muncul lebih sebagai pilihan yang
sadar bukan paksaan.

11. Kesehatan

Tidak
jarang remaja memiliki kebiasaan kurang sehat seperti begadang, main
play stasion overtime, diet agar langsing tanpa pertimbangan dokter dan
semacamnya.hal seperti ini dapat menurunkan kesehatan fisik dan juga
mental remaja, untuk itu perlu ketegasan orang tua dalam kebiasaan
dirumah serta bimbingan sekolah agar remaja mengetahui pola hidup sehat
yang akan mendukung belajarnya

12. Trend

Remaja
mengejar pengakuan dari orang – orang sekirtar dengan cara mengikuti
harapan kelompok, dengan mengikuti standar yaitu trend dan cenderung
menyamakan diri agar tidak dikucilkan.beberapa trend yang berkembang
dapat menjerumuskan remaja dalam penyimpangan moral seprti gaul bebas,
gangguan kesehatan seperti merokok dan narkoba , gaya hidup boros
seperti model HP terkini sebagai syarat gaul dan sebagainya.dalam hal
ini orang tua perlu memberi ketegasan dalam toleransi pemberian
fasilitas, sedangkan sekolah dapat memagari dengan tata tertib serta
penanaman sikap bahwa menjadi korban trend dapat menjerumuskan pribadi
remaja.

13. Teknologi

Bagi
remaja menguasai teknologi terkini adalah tantangan apalagi ketika itu
menawarkan keasyikan seperti chatting, surfing, download nett atau HP,
dan sebagainya.namun agar remaja tidak terjerumus dalam problem akses
situs porno, konsumen gambar porno HP, kecanduan Blue film, kecanduan
onani maka orang tua perlu secara tegas membatasi dan mengawasi serta
berkomunikasi dengan remaja tentang penggunaan alat teknologi tersebut.
Sekolah dapat memberi bimbingan yang mengarahkan kepada wawasan dan
filter remaja dalam menggunakan teknologi tersebut.

14. Stress

Remaja
selama bersekolah dapat mengalami stress akibat kecemasan terhadap
ujian, tugas – tugas yang tidak mampu dikerjakan, peraturan yang ketat
dan lain sebagainya. Stress dapat muncul dalam gejala yang beragam
dimulai dari kehilangan konsentrasi, gagap, pusing, berkeringat dingin,
gelisah, mimpi buruk, pingsan dan sebagainya sebagaimana DR.Dadang
hawari menjadikan empat kelas gejala stress dalam bukunya yang berjudul
al qur’an dan ilmu kesehatan jiwa.
Stress
tersebut, dapat menggangu proses keberhasilan belajar siswa yang masih
remaja.untu mengatasinya maka orang tua dan guru dapat mengajarkan cara
mengurangi stress yaitu dengan didasarkan pada penyebab munculnya
stress.apabila stress tersebut disebabkan sikap yang belum menerima
/rela maka perlu mengubah sikap. Apabila stress tersebut akibat ketidak
mampuan maka perlu giat berlatih. Apabila sumbernya adalah kesehatan
fisik, maka perlu upaya pengobatan.

15. Bimbingan

Remaja
sangat membutuhkan bimbingan agar dia dapat hidup dengan dewasa dan
mampu mengatasi masalah.dirumah seringkali orang tua tidak cukup waktu
membimbing karena sibuk bekerja.bebrapa yang lain tidak tahu apa yang
harus dibimbingkan pada remaja. Maka fungsi sekolah dalam membimbing
kedewasaan remaja sangat berperan.tentu ini akan terjadi apabila guru
menjalani profesinya dengan semangat pendidik yakni tidak semata
profesi tetapi juga mewujudkan siswa yang benar – benar terdidik tidak
hanya secara matematis akademis namun sekaligus moral siswa.apabila
remaja tidak mendapat bimbingan dari orang tua dan pendidik, mau jadi
seperti apa mereka?

Menulis Artikel Dengan Tema “Remaja, Problem dan Prestasi”


Bismillah

Mas, aku tuh pengen banget ikut lomba penulisan artikel. Temanya “remaja, problem, dan prestasi”. Kira2 bagusnya ngangkat masalah apa ya Mas?

L, via sms

Dik L yang rajin menulis
Menulis dengan tema yang sudah ditentukan memang terkadang membuat kita menjadi sedikit terbatasi, tapi tidak membuat daya kreativitas kita tumpul. Tema penulisan hanyalah pembatas agar penilai dapat memasukkan “kesesuaian dengan tema” sebagai salah satu kriteria diterima atau tidaknya sebuah tulisan.

Langkah pertama yang harus kita tempuh bila dihadapkan dengan masalah seperti itu adalah mencari informasi dengan tema terkait baik melalui isu yang ada, buku-buku terkait, dan (yang lebih luas) dari Internet. Dalam kasus Dik L, saya melihat bahwa kata kunci pencarian sudah cukup jelas. Dan keterkaitan antar ketiga kata tersebut memang sedang menjadi isu saat ini. Bahwa problem remaja yang kian kompleks biasanya menyebabkan tekanan batin dan prestasi menurun. Bagaimana, sudah mendapat gambaran bahan tulisan? :)

0 Responses to “Menulis Artikel Dengan Tema “Remaja, Problem dan Prestasi””

Fase remaja


Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.
Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
· Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
· Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
· G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Problema yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting.....

PROBLEM REMAJA


Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan.....tapi juga masa yang menegangkan, bayangin......kalau kita bebas kemana - mana, nggak punya beban mikirin itu, mikirin ini.......kayaknya kita sangat senang dan sangat menikmati suasana itu. Dan masih banyak kesenangan - kesenangan yang lain.....Tapi kalau dah ada masalah...apapun masalah tersebut......misal, nggak enak hati sama do`i.......yang ada rasa sebel, bete, serba salah, dan lain -lain....bisa membuat wajah kita cemberut. Semua tu butuh pemecahan atau solusi (jalan keluar ) kan...?

Nah....oleh sebab itu Asmara ( Aspirasi Masa Remaja ) itu ada. Cos ngerupain wadah bagi kawula muda mudi di Surabaya khususnya dan daerah sekitarnya. semua bisa bertukar pikiran atau wawasan mengenai problem yang anda hadapi, mencarikan solusi yang terbaik. Acara ini di kemas dengan fomat obrolan.....setiap hari kamis, jam 13.00 samapi 16.00. Di asuh oleh mBak Adji Widyaningrum, S Sos.

Bagaimana,......anda tertarik......gabunglah bersama kami di AM 1503 KHz. Kepedulian anda semua adalah anugrah bagi kami..........terimakasih.

KENAKALAN REMAJA


  1. Bentuk-bentuk Kenakalan


Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja adalah :

a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain

b. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain game

c. Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.

d. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.

e. Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.

Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

  1. Faktor Internal (Dalam)

a. Reaksi frustasi diri

Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.

b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja

Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.

Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.

c. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja

Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.

d. Gangguan perasaan pada anak remaja

Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.

Gangguan-gangguan fungsi perasaan itu antara lain :

1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.

2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.

3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.

4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.

  1. Faktor Eksternal (Luar)

Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :

a. Keluarga

Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.

Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjuk­kan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah seba­gai berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.

2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewa­nitaan dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi ke­butuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsis­ten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.

2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang ter­hadap anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak kon­sisten.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :

1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu. Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.

2) Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan diri­nya menjadi hilang.

3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak me­reka anggap cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.

4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-­ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan be­gitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan

Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai "sekolah dengar" daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.

Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.

Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang "tidak adil". Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak­ dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.

Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.

c. Media elektronik

Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.

d. Pengaruh pergaulan

Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.

Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua ­faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.